KISAH CINTA SAMARA CUDAN

SABUN CINTA ABADI
Kisah cinta abadi sepasang kekasih ini diambil dari cerita disebuah kota kecil di daerah Kroasia, yang mengisahkan liku liku perjalanan cinta. Tali cinta  yang memilukan dan mengharukan hati jika kita menyimak romantisme dan kesetiaan dari perjalanan cintanya yang banyak didera duka air mata dan darah.
Daniah Cudan seorang wanita berparas cantik, berkulit putih, langsing, bermata coklat. dengan rambut hitam terurai panjang, adalah keturunan arab yang hijrah dan  menetap disebuah desa kecil di Kroasia, pergi  meninggalkan desanya karena masa launya yang kelam. Perjalanan cinta dan romantisme Daniah Cudan  tertuang dalam buku hariannya yang  berjudul….” Sabun Cinta Abadi “ yang terjadi sejak ratusan tahun silam.

Romantisme cinta yang mirip dengan cerita Romeo Juliet dan Layla Majnun ini  berawal dari perkenalannya dengan seorang laki laki yang  bernama Alfredo Samara seorang laki laki keturunan bangsawan Spanyol yang lari ke Kroasia karena kemelut tahta dikeluarganya, adalah sosok yang arogan dan memandang rendah terhadap setiap wanita. Salah satu kutipan arogannya yang terdapat dalam buku harian Daniah Cudan adalah : …..
“ Hai makhluk hawa, sungguh tiada satupun wanita didunia ini yang dapat membuat hatiku luluh karena pesona cintanya ..” kecuali hawaku yang telah bertahta sejak masa silam

Sejak perkenalannya dengan Daniah Cudan, Alfredo Samara secara tidak sengaja sering melihat sosok Daniah Cudan melintas didepan tempat tinggalnya, Sosok  gemulai Daniah Cudan kerap hinggap dan menggoda mata Alfredo Samara, yang sama sekali tanpa diketahui oleh Daniah Cudan yang dirinya sedang menjadi perhatian laki laki itu.

Alfredo Samara : …..
 “ Bayangan makhluk hawa itu kerap menggoda pikiranku di setiap kesempatan tersadar warasnya pikiranku.. “
“ Pada setiap kesempatan renungan pikirku, selalu nampak parasnya tetapi aku belum terhenyak dari dudukku...”
“ Wahai Cudan engkau ini siapa ? … tiada peranmu apapun dalam hidupku, mengapa engkau merampas pikirku pada setiap kesendirianku

Di kemudian hari Alfredo Samara tidak lagi melihat Daniah Cudan lewat didepan rumah tinggalnya, kejadian itu membuat Alfredo Samara penasaran dan merasa ada yang hilang dari pandangannya, hingga pada suatu kesempatan ia sengaja menunggu Daniah Cudan lewat seperti hari hari biasanya dulu. Tetapi sosok gemulai itupun tak kunjung ditemui berjalan melintas didepan rumah tinggalnya.

Berjam-jam Alfredo Samara menunggu dan berharap agar bisa melihat Daniah Cudan, tetapi tak ditemui sosoknya juga. Keesokan hari diulangnya kembali untuk menunggu lagi, hingga berhari hari, berminggu minggu, sampai berbulan bulan tetapi harapan untuk melihat Daniah Cudan tak juga nampak.

Alfredo Samara : …..
 Setahun lamanya mata ini mencarimu, hati ini merasamu hilang seperti berlalunya angin… “
“ Sungguh tidak adil rasanya hatiku menahanmu untuk tampak dimataku, sedang engkau tak merasakan apa yang kurasa…
“ Engkau telah mencuri hatiku dan membiarkan aku untuk merindumu, yang tanpa ada rindumu kepadaku….”

Satu tahun lamanya Alfredo Samara  menunggu dan mencari keberadaan Daniah Cudan belum juga ditemukan. Dalam lamunannya yang  putus asa dan hilangnya semua harapan untuk bisa bertemu dengan Daniah Cudan, tiba tiba sosok Daniah Cudan muncul kembali berjalan melintas didepan pandangan Alfredo Samara. Hatinya bagai tersiram sejuknya embun pagi, dan segeralah Alfredo Samara beranjak dari duduknya lari menghampiri Daniah Cudan.

Alfredo Samara…
“ Wahai Cudan..”keberuntunganlah yang memihak aku pada hari ini, engkau nampak kembali di mataku..”
Daniah Cudan terkaget dan menghentikan langkah kakinya karena tiba tiba muncul sosok laki laki didepanya dengan kalimat yang tidak dimengertinya.

Daniah Cudan…
“ Aku tidak mengerti seperti apa yang engkau maksudkan, bukankah engkau Samara yang pernah aku kenal dulu? “
(Daniah Cudan dalam kesehariannya dikenal dengan nama panggilan Cudan, dan Alfredo Samara di panggil dengan panggilan Samara)
Sejak pertemuan kembali itu, Cudan dan Samara mulai akrab berteman , saling cerita dan berbagi kisah diantaranya masing masing, hingga membuat hati Alfredo Samara jatuh hati kepada Daniah Cudan, tetapi Daniah Cudan hanya menanggapi dingin dan menganggap sebagai teman biasa karena Daniah Cudan tahu kalau Alfredo Samara adalah laki laki yang arogan dan memandang rendah dirinya, Berkali kali Alfredo Samara mengungkapkan isi hatinya kepada Daniah Cudan, tetapi  jawaban dan sikap  yang diberikan kepada AlfredoSamara selalu diacuhkan oleh Daniah Cudan.

Daniah Cudan…
…. “ Betapa sakit hati ini belum terobati  ketika bayangan masa lalu itu hadir kembali walaupun bersama jenis makluk Adam lainnya, menambah sakitnya hati dan kebekuan cinta.

Dari ungkapan kata Daniah Cudan tersebut..... Alfredo Samara barulah mengerti bahwa Daniah Cudan adalah sosok wanita yang dingin, benci dan dendam dengan laki laki. Disisi lain karena Alfredo Samara sudah telanjur jatuh hati dan mencintai Daniah Cudan dengan tulus, ia berusaha keras meyakinkan hati Daniah Cudan untuk kembali bangkit dan bersemangat lagi dengan cara menghibur dan menemani Daniah Cudan disetiap harinya, Tanpa pedulikan waktu disepanjang hari mulai dari pagi hingga malam hari Alfredo Samara selalu menemani dan mengisi hati Daniah Cudan tanpa menyerah dan putus asa dengan canda tawa, dan suka duka, walaupun seringkali Alfredo Samara diacuhkan dan tidak dipedulikan oleh Daniah Cudan.

Daniah Cudan….
“ Betapa hatiku telah rusak membeku dan semangatku padam terhadap kata laki laki…”
“ Tiada ingin sekalipun aku menerima hadirnya makhluk Adam dalam hidupku…”
“ Didalam kesendirianku, aku sudah bisa..... dan kemandirianku pula telah aku nikmati seutuhnya, kecuali ada mukjizat yang bisa membalikkan aku dari kenyataan sekarang yang ada.

Alfredo Samara…
“ Wahai Cudan… tahukah engkau..., kesendirianmu itu tidaklah bercahaya terang untukmu sendiri, dan menyiksa orang lain karena tanpamu…”
“ Engkau redupkan cahayamu sendiri… engkau padamkan asamu yang sungguh sungguh ada padamu, karena egomu sendiri…
Kejujuran hatimu telah menangis dan meratapi keberadaanmu sendiri dengan kenikmatan hidupmu yang semu…”
“ Akulah kenyataanmu sekarang ini…, akulah yang akan menjadi lilin penerangmu… akulah yang akan menjadi sebab untukmu sekarang ini dan nantinya,  dan akulah yang akan membuatmu menjadi " pernah "..., jika keinginanmu ada kata " belum " …”

Daniah Cudan..
“ Hai Samara… engkau berkalimat bijak, tetapi engkau bagai mencari mawar yang tanpa duri di puncak pegunungan terhadapku..”
“ Dan kaupun mengetahuinya betapa sulit melakukan itu terhadapku, aku tidak memaksamu melakukannya tetapi sesungguhnya aku membutuhkannya dari kebenaran kata katamu..”
“ Duhai Samara… siapakah sesungguhnya engkau, sejak adamu membuat pendirianku menjadi porak poranda..,”
“ Benarkah engkau adalah sebab dari keberadaanku saat ini dan nantinya? ...”

Melihat sikap kesabaran dan ketulusan Alfredo Samara yang setiap hari menemani dan memberikan perhatian  kepadanya, Daniah Cudan akhirnya mau membuka hatinya untuk menerima kehadiran Alfredo Samara menjadi laki-laki spesial dihatinya, sejak saat itu Alfredo Samara dan Daniah Cudan menjalin hubungan kekasih yang  saling mencintai dalam suka duka serta saling menerima kelebihan dan kekurangannya.
Daniah Cudan adalah sosok wanita yang cantik dan selalu menjadi pusat perhatian setiap laki laki yang melihat dan sering menggodanya yang diantaranya juga berkeinginan menjadi kekasihnya, sebab inilah yang selalu membuat Alfredo Samara menjadi cemburu hingga menyebabkan pertengkaran kecil sering terjadi antara Samara dan Cudan, tetapi masalah besar atau kecil yang terjadi selalu cepat mereda kemudian, karena Samara dan Cudan takut masalahnya menjadi berkepanjangan dan takut kehilangan hanya karena masalah bukan karena dari mereka berdua.

Alfredo Samara…
“ Wajah cantikmu telah menghiasi ditempat mana saja kau berada, yang membuatku terbakar karenanya…”
“ Setiap mataku terbangun dari tidurku bayangmu telah mnenyambutku, dan keberadaanmu telah menguasai waktuku hingga mataku terpejam dalam larut malamku… dan tidak cuma itu engkau datang… dalam mimpi-pun engkau juga telah kuasinya.

Daniah Cudan…
“ Diantara mata mereka yang menatapku adalah mata mereka, sungguh sedikitpun aku tidak memintanya, dan kenyataanya juga aku terganggu karenanya…”
“ Aku telah menyerahkan kepadamu  untuk mencintaiku dan itu awal yang baik kita memulai segalanya, terangilah dan jaga keberadaanku… aku tidak menutup rapat rahasia hatiku berucap mencintaimu dan membutuhkan hadirmu untukku.

Untuk menghindari konflik dan salah paham lagi dalam perjalanan merajut tali cintanya, Samara dan Cudan akhirnya saling berjanji untuk selalu jujur, terbuka dan saling mencintai dengan tulus hati.  Tetapi disisi lain perasaan Daniah Cudan seakan akan tidak percaya, kalau Alfredo Samara mencintainya dengan tulus karena Daniah Cudan masih terjerat traumanya masa silam, sikap Daniah Cudan inipun dirasakan Alfredo Samara seperti dipermainkan cintanya dan membuatnya bingung, dengan cara apa meyakinkan Daniah Cudan kalau Alfredo Samara benar benar mencintainya dengan tulus.
Sebagai bukti cinta akhirnya Alfredo Samara melukai tanganya dengan pisau hingga berdarah di depan Daniah Cudan, hingga kematianpun akan dilakukan untuk mencintai Daniah Cudan. Melihat sikap yang dilakukan Alfredo Samara itu Daniah Cudan menjerit ketakutan dan akhirnya percaya akan cinta tulus Alfredo Samara.
Kejadian seperti diatas terjadi lagi dilain hari ketika mereka salah paham kecil, Daniah Cudan terbawa kembali pada perasaan trauma masa lalu, dan kembali merasa dirinya hanya dipermainkan oleh Alfredo Samara. Berbagai ungkapan bicara Alfredo Samara untuk menyakinkan Daniah Cudan bahwa dia benar benar mencintai dengan tulus dan takut kehilangannya, tetapi tidak juga bisa membuat perasaan hati Daniah Cudan percaya kepadanya. Dengan nekat Alfredo Samara didepan Daniah Cudan meminum racun untuk mengakhiri hidupnya, daripada harus menerima ketidak percayaan dari kekasih yang dicintainya. Jeritan histeris Daniah Cudan untuk menghentikan perbuatan nekat Alfredo Samara itu, telanjur racun masuk kedalam rongga mulut Alfredo Samara, hingga membuat Daniah Cudan kebingungan dan ketakutan sambil mencari penawar racun.
Setelah penawar racun diminumkan kepada Alfredo Samara, Daniah Cudan menangis sejadi jadinya disamping tubuh lemas terkulai Alfredo Samara dan berharap agar Alfredo Samara sadar kembali. Suara lirih dari Alfredo Samara kemudian terdengar memanggil Daniah Cudan, mendengar suara itu Daniah Cudan segera memeluk erat tubuh Alfredo Samara.

Alfredo Samara….
 Kekasih cintaku…  tidakah engkau melihat tingkahku seperti orang gila karena dimabuk cintaimu?....”
“ Karena aku mencintamu, seperti tidak ada rasa ketika mata pisau membelah kulit tubuhku dan engkaupun melihat darah cinta  mengalir sebagai persembahanya….”
 “ Jika keraguan telah membelunggumu terhadapku, akan kubayar dengan jiwa dari racun cinta ini supaya hatimu menjadi sebuah kepastian…”
“ Hadirku adalah panggilan hati menjadi hak kamu,… janganlah berniat memisahkan hati dari tempat tahtanya sendiri… tempatkan aku disamping tahtanya hingga akhir hayatku…”

Daniah Cudan….
“ Sungguh mulutku berucap dari sebaliknya yang engkau dengar…  hatiku telah meronta mengharapmu… jika engkau tahu yang kurasa… cintaku telah terkawal dengan rasa takut kehilanganmu, dan jangan sekali kali hilang lagi ….”
“ Aku tidak berdaya melihatmu terbujur lemah bukan karena engkau sakit, juga bukan karena darah nadimu, dan racun mematikan yang aku lihat…. tetapi siapa kekasih cintaku jika engkau mati… siapa teman  hidupku…. Siapa tempat labuhan hatiku… aku tidak sanggup sendiri… jika  tiadamu akan terjadi... berarti tiadaku juga…”
“ Kekasih cintaku… jika cahaya lilinmu redup untukku, telah kusediakan banyak lilin yang bisa engkau nyalakan untukku lagi…”

Sejak kejdian itu hubungan cinta Samara dan Cudan semakin  mendalam dan terikat kuat, dan suatu ketika Alfredo bercerita tentang keadaan keluarganya di Spanyol yang sedang dalam bermasalah, Daniah Cudan kaget ketika mendengar cerita bahwa Alfredo Samara adalah masih ada keturunan bangsawan dari Spanyol, tetapi bukan itu alasan Cudan mencintai Samara, karena sebelum mendengar tentang asal usulnya, Cudan sudah mencintainya karena pribadinya Samara bukan asal usulnya.

Aktifitas sehari hari Daniah Cudan adalah pembuat sabun mandi untuk kalangan bangsawan, karena kepintaranya meracik bahan bahan untuk dibuat sabun mandi, hasil karya sabun mandi buatan Daniah Cudan berkualitas tinggi dan berkelas hingga dipesan dikalangan bangsawan kala itu, termasuk Samara-pun juga sangat menyukai Sabun buatan Cudan.

Melihat sabun hasil karya Daniah Cudan berkualitas baik, akhirnya Alfredo Samara juga ikut membantu mengembangkan Sabun mandi buatan Cudan untuk dipasarkan ke kalangan atas. Cudan sangat terharu ketika  melihat kesungguhan dan ketulusan Samara mau ikut membantunya membuat sabun mandi, dari mulai mencari dan mengumpulkan bahan bahan baku , rempah rempah yang akan dibuatnya menjadi sabun, termasuk mencari minyak zaitun sebagai bahan utama sabun dari daratan arab.
Karena ketulusan, semangat dan rumitnya Samara mencari bahan bahan sabun yang harus didatangkan dari berbagai daerah yang terpisah, atas usahanya Samara itu, kemudian Daniah Cudan mengabadikan sabun mandi buatanya, diberi nama Sabun Cinta Abadi, sebagai hadiah kepada Samara.

Daniah Cudan…
“ Sesungguhnya pembersih tubuh ini lebih pantas dinamakan “ SABUN CINTA ABADI “ bukan karena aku pembuatnya, tetapi karena engkau wahai cintaku.. “
“ Kesungguhanmu telah membuat engkau melupakan dirimu sendiri, dan karenanya pantaslah aku membalasnya dengan harta hatiku… dan setulusnya aku mencintaimu ”

Alfredo Samara….
“ Ketika aku membasuh tubuhku di perendaman air dengan pembersih ciptaanmu, aku rasakan seperti asmara cintamu yang menyentuh kulitku dalam buaiannya.
“ Jangan kau lupa wahai kekasih cintaku… kau juluki nama pembersihmu sangat indah, seindah aku mencintaimu hingga akhir hayatku.
“ Telah engkau saksikan sendiri.. kulitku berdarah karena aku sayat sendiri untuk mengakhiri hidupku, atas keraguanmu terhadapku..”
“ Tidak cukupkah aku mencintamu dengan persembahan jiwa ragaku… dan tidak cukupkah pula aku memilihmu sebagai hawa terakhir dalam hidupku… dan itu janji pastiku…”

Kisah asmara dan cinta Samara dan Cudan hari harinya dilalui dengan mesra dan indah yang membahagiakan walaupun banyak rintangan yang dilaluinya, demikian pula ketika Samara dan Cudan bersepakat untuk menjalani pernikahan tetapi terhalang masalah yang sangat berat untuk dihadapinya. Terutama dari pihak keluarga Cudan dan keluarga Samara yang sangat berbeda pandangan.  Orang tua Cudan meminta kepada Cudan untuk menikah dengan laki laki sesuai dengan pandangan mereka. Masalah juga terjadi dikeluarga Samara yang mengharuskan kembali kepada pasangannya di Spanyol.

Daniah Cudan…
“ Duhai pelindung cintaku… betapa aku menginginkan hari harimu berada bersamaku sepanjang hayatku, tetapi mengapa aku dikatakan tidak boleh merampasmu dari mereka... tidakah kau sedih dengan kenyataan ini “
“ Kalimat itu seperti penjara bagi keberadaanku, tapi apalah arti kalimat itu kalau aku ingin tetap bersamamu sepanjang waktuku didunia ini.
“ Bila hilangmu dari mataku datanglah hampaku tanpamu, bila kau jemput hatiku karena adamu datanglah rasa senangku..”
“ Tidakah engkau selalu merindukan bermain ditaman asmaraku kekasih cintaku?…  dan kau buatkan gelora api asmara hingga memuncak merah baranya…”

Alfredo Samara….
“ Kenyataanlah yang aku hadapi, dan kenyataanya aku sudah menjadi milikmu, dan engkau sudah menerima senangku, air mataku, darahku, dan sakitku  yang kau balut dengan cintamu…”
“ Duhai Cudan kekasih cintaku.. tetap bersinar cemerlang seperti aku memanggil namamu, engkau tahu mengapa aku memanggilmu cemerlang?..., hidupmu akan cemerlang dibalik dukamu saat ini “…
“ Engkau berbunga hati  mengajakku ke taman madumu… dan kau suguhkan cawan madu yang kita nikmati bersama dari kesetiaan dan cintamu yang tidak pernah berakhir ”

Dari hasil kerja kerasnya mengembangkan produksi sabun mandi, Cudan dan Samara bisa membeli rumah yang dirahasiakan dari semua orang dan diberi nama RUMAH CINTA, dengan taman yang berhias bunga bunga indah, yang dinamakan TAMAN CINTA. Dirumah itulah Cudan dan Samara setiap kali bertemu. 
Alfredo Samara mendapat kabar harus kembali pulang ke Spanyol karena ada masalah dikeluarganya yang harus diselesaikan. Mendengar berita itu hati Cudan menangis dalam kesedihan yang mendalam, apakah jalinan cinta dengan Samara akan berakhir?? Samara-pun ikut tertunduk dalam kesedihan, hanya  pelukan erat yang mengantar perpisahan mereka berdua…

Daniah Cudan…..
“ Cintaku… Kembalilah dan disanalah asalmu, apakah engkau akan mengakhiri cerita cinta ataukah akan melanjutkan cerita cinta ini…”
“ Tidakah kau tatap makna di mataku yang tidak kering karena air mata, dan apakah terus akan mengalir tiada henti karena menangisi kepergianmu?....”

Alfredo Samara….
“ Duhai Cudan.. seperti cantiknya wajahmu yang cemerlang engkaulah cerita cintaku…, hatiku terpanggil karenamu sudah menjadi belahan hidupku, biarkan jasadku mengembara kembali pulang tapi hatiku tetap tinggal  di rumah cintamu “….
“ Aku bawa serta pembersih ciptaan kita berdua “ SABUN CINTA ABADI “ akan membawaku pulang, seperti  kurasakan aku pulang bersamamu serta.

Sepulangnya Samara ke Spanyol, hari harinya Cudan menghibur diri dengan kesibukan  membuat sabun mandi sendiri, walaupun tidak ada pesanan dari para pelangganya, Cudan tetap terus membuat sabun mandi sebagai rasa cintanya kepada Samara, dan tambah semangat membuat resep baru sabun mandi, dengan tidak disadarinya Cudan telah banyak membuat bermacam macam sabun mandi dengan aroma wangi berbeda.

Daniah Cudan…
“ Pasti engkau mengetahui cintaku…, apa yang telah aku perbuat bersama SABUN CINTA ABADI kita ini, dan kau pasti berada disini melihat keindahan beragam pembersih ini,…  dan inilah cinta kita… kurasakan berat beban hati ini ketika merindumu ”

Sesampainya Samara di rumah dan bertemu dengan keluarga, telah terjadi konflik besar keluarga yang menyebabkan kehancuran nama baik keluarga, perang saudara dan perebutan warisan serta ambruknya berbagai usaha usaha keluarga yang sudah dibilang sukses di kota tempat tinggal Samara. Alfredo Samara sempat stress dengan keadaan keluarganya, tetapi disaat pikiran Samara tertekan, dia mengisi pikiranya dengan mengingat Cudan kekasihnya, kembali hatinya bangkit semangat ketika terbayang akan sosok Cudan wanita yang sangat dicintainya, dan  sudah 6 bulan berpisah dengan Cudan.

Alfredo Samara….
“ Aku titipkan salam rinduku bersama angin yang berhembus menuju arahmu, karena aku tahu engkau sekarang sedang mengenangku disana bersama senyum manismu…”
“ Tersenyumlah manis cintaku…., karena itu hartaku dan semangatku, nantikan aku segera kembali dalam pelukan cintamu “….

Dengan berbagai alasan Samara menjelaskan ke keluarganya untuk kembali ke Kroasia untuk merintis usaha dari bawah bersama dengan Cudan wanita yang dicintainya. Setelah Samara berhasil menyakinkan keluarganya, segeralah Samara berbenah kembali ke Kroasia menemui Cudan.

Pertemuan kembali Samara dengan Cudan membuat mereka bahagia bercampur dengan haru, seakan tidak ada habisnya mereka cerita dan saling mencurahkan keadaanya masing masing selama berpisah. Samara juga dibuat takjub dengan berbagai macam sabun mandi hasil karya Cudan yang dilihatnya banyak terpampang di rak rak yang tersusun rapi dirumah produksinya, dan disambut dengan surprise suguhan berbagai macam makanan kesukaan Samara.

Alfredo Samara…
“ Duhai Cintaku… kau buat aku selalu jatuh cinta kepadamu, tidak kusangka kelembutan kasih sayang dan cintamu membuat hatiku semakin luluh bersamamu dan kau tempatkan dirimu menjadi berarti dalam hidupku ”….

Daniah Cudan…
“ Engkaulah yang  membuat hatiku cair dari kebekuan makna cinta, dan karenamulah cintaku menjadi terang benderang untukmu “…

Dan sejak saat itu jalinan cinta Samara dan Cudan semakin tambah mesra, dan mereka berdua sudah menganggap dirinya adalah pasangan suami istri, walaupun belum ada restu dari kedua orang tua mereka, dan dalam sehari harinya mereka berdua memanggil dengan sebutan Mama dan Papa (Indonesia. Red)
Dari awal inilah diperkirakan sekarang ini asal usulnya, banyak ditirukan pasangan didunia dan di Indonesia khususnya yang masih pacaran  sudah menggunakan panggilan Mama dan Papa.

Dan cerita tulisan terakhir dari Alfredo Samara di temukan di buku harian Daniah Cudan adalah ……

“ Duhai Cintaku “….
Tak ada kata cukup rasanya diukur dengan waktu, berapa lama aku bersamamu…. Aku ingin selalu bersamamu…
Bersamamu melangkah dalam sukamu, dukamu, dan bahagiamu…

Adamu telah bertahta dipuncak hidupku yang paling tinggi ….
Adamu juga telah memenangi setiap sisi hari hariku …

Bukan karena parasmu yang cantik.. aku jatuh hati…
Bukan karena budimu yang baik aku mau…
Bukan karena kelembutan hatimu aku mau…
Dan juga bukan karena ketulusan kasih sayang dan cintamu aku mendambamu…

Tak cukup hanya itu… dan bukan cuma karena itu… aku jatuh hati, aku mau, aku bersimpuh dan aku mendambakanmu…

Tapi… sisi gelapmu, dukamu, cengengmu, manjamu, bohongmu dan segala kekuranganmu, yang membuatku tak mau lari darimu…

Tak seorangpun sempurna…
Kau bukan dewi bidadari… tapi kaulah bidadariku..
Bersamamu aku bisa berteduh dari panasnya kehidupan…. Seteduh embun pagi yang bening dan menyegarkan… Dari kasih sayang dan cintamu yang aku rasakan.
Alasan itu yang membuatku tak mau lari darimu…

Konon pernikahan Samara dan Cudan akhirnya direstui kedua orang tuanya, mereka menikah dan menetap di Kroasia, profesi sebagai soaper (pembuat sabun) tetap dijalankan sebagai simbol cintanya yang menjadi pasangan hidup sampai akhir hayatnya. Sabun Cinta Abadi ciptaan cudan tetap abadi dan akan tercipta abadi sampai nanti.
Tidak ditemukan cerita dalam buku harian Cudan, kapan meninggal dan berapa keturunannya dalam kisah cinta Samara Cudan.

CUDAN SOAP :  terinspirasi dari kisah cinta Daniah Cudan soaper women (pembuat Sabun Cinta Abadi), dan nama Cudan panggilan namanya oleh Alfredo Samara adalah berarti “ Cemerlang “ (bhs Kroasia).

(diterjemahkan oleh : Emka)



0 komentar: